BUFFER DAN HIDROLISA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
“Buffer Dan Hidrolisa”

Disusun Oleh :
1.
Ditha Andriyani Putri
2.
Ebi Via Sofia
3.
Farida Feri Ariani
4.
M. Nur Sahid
XI IPA 1
SMA
NEGERI 1 SUMBER
TAHUN PELAJARAN
2014/2015
BUFFER DAN HIDROLISA
A.
Tujuan
Menentukan
larutan yang terjadi berdasarkan pengukuran pH
a. Proses
buffer
b. Proses
hidrolisis
c. Proses
asam atau basa kuat yang terionisasi
Menghitung
pH teoritik dari ke-3 proses tersebut.
B.
Dasar Teori
1. Larutan Penyangga (Buffer)
Menurut Adom (2009: 5, dalam Rizki Hasmi
“online”) larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga
(mempertahankan) pHnya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran oleh air.
pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam,
basa, maupun air.Larutan buffer mampu
menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar. Secara umum, larutan
penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari Asam lemah (HA) dan
basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan
bersifat asam. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran
ini menghasilkan larutan bersifat basa.
Sunardi
(2006: 34) larutan penyangga dapat
dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. Larutan
penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH <7 ), sedangkan
larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan
penyangga asam mengandung suatu asam lemah dan basa konjugasi sedangkan
;larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah dan asaam konujugasi. Berikut
adalah larutan penyangga asam dan basa yang dipaparkan oleh Adom (2009: 5).
a. Larutan
penyangga asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH <
7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya
yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan
ke kiri. Dimana ion H+yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion HCO3- membentuk
molekul H2CO3.
HCO3- (aq) + H+(aq) → H2CO3 (aq)
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari
basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini
akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (H2CO3),
bukan ion H+. Basa yang ditambahkan
tersebut bereaksi dengan asam H2CO3 membentuk ion
HCO3- dan air.
H2CO3 (aq) + OH-(aq)
→ HCO3- (aq) + H2O(l)
b. Larutan
penyangga basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH >
7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang
garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan
suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan
berlebih. Contoh: NH4OH dengan NH4Cl.
Adapun
cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan
NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
Pada penambahan asam jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari
asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3),
bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk
ion NH4+.
NH3 (aq)
+ H+(aq) → NH4+ (aq)
Pada penambahan basa, jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka
kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq)
→ NH3 (aq) + H2O(l) (Farx, 2011
: 2).
2. Hidrolisis
Hidrolisis
adalah reaksi peruraian suatu garam dalam air. Reaksi hidrolisis terjadi antara
ion-ion garam (dalam air) dengan air sehingga ion (+) dan ion (-) dari garam
bereaksi dengan air membentuk asam dan basa asalnya. Pencampuran larutan asam
dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun demikian, garam
dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung pada jenis
komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan basa
kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah
dengan basa lemah. Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari
kekuatan asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini
disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi dengan air. Proses larutnya
sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis yang berarti
peruraian (Anonimous, 2014).
Berikut menurut Ralph H.
Pettruck beberapa jenis garam berdasarkan komponen asam basa pembentuknya:
a. Garam
dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam
kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam
berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini
bersifat netral, pH larutan ini sama dengan 7.
b. Garam
dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam
yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami
hidrolisis. Larutan garam ini bersifat asam, pH <7.
NH 4 Cl (aq) →
NH 4 + (aq) + Cl - (aq)
Cl - (aq) +
H 2 O (l) →
NH 4 + (aq) +
H 2 O (l) → NH 3 (aq) +
H 3 O + (aq)
Reaksi
hidrolisis dari amonium (NH4+) merupakan reaksi
kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H 3O+)
yang bersifat asam (pH<7).
c. Garam
dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam
yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial
dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan
garam ini bersifat basa (pH > 7).
Contohnya
Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH
dan basa kuat NaOH. CH 3 COOH akan terionisasi sebagian
membentuk CH 3 COO - dan Na + .
Anion CH 3 COO - berasal dari asam
lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal
dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
CH 3 COONa (aq) →
CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) +
H 2 O (l) →
CH 3 COO - (aq) +
H 2 O (l) → CH 3 COOH (aq) +
OH - (aq)
Reaksi
hidrolisis asetat (CH3COO‑) merupakan reaksi
kesetimbangannya. Reaksi ini menghasilkan ion OH ‑ yang
bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis: A - +
H 2 O → HA + OH -
d. Garam
dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam
lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total
(sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air.
Larutan garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung
dari perbandingan kekuatan kation terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Sebagai
contoh suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH3 akan
terbentuk garam NH4CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk
H + dan CN - sedangkan NH 3 dalam
air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan
kation asam NH 4 +dapat terhidrolisis di dalam
air.
NH 4 CN (aq) →
NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 + (aq) +
H 2 O → NH 3(aq) + H 3 O (aq) +
CN - (aq) +
H 2 O (e) → HCN (aq) +
OH - (aq)
C.
Alat
1. Gelas
ukur 10 mL
2. Pipet
tetes
D.
Bahan
1. Indikator
universal kertas
2. Aquades
3. Larutan
CH3COOH 1 M
4. Larutan
NH4Cl 1 M
5. NaOH
1 M
E.
Cara
kerja
1. 1
ml CH3COOH 1M dicampur dengan 1 mL NaOH 1 M. Ukurlah pH-nya dengan
kertas indikator (didalam tabung pereaksi)
2. 1
ml CH3COOH 1 M diencerkan sama dengan 10 mL, dengan cara menambah 9
mL Aquades. Berapa konsentrasinya?
1
ml NaOH 1 M diencerkan sama dengan 10
mL, dengan cara menambah 9 mL Aquades. Berapa konsentrasinya?
Masukkan
ke dalam tabung reaksi:
a. 2
mL cuka yang telah diencerkaan + 2 mL NaOH
yang telah diencerkan.
b. 5 mL cuka yang telah diencerkaan + 2 mL NaOH
yang telah diencerkan.
c. 2 mL cuka yang telah diencerkaan + 5 mL NaOH
yang telah diencerkan.
Ukur
pH ketiga campuran larutan tersebut dan catat hasilnya. Terjadi proses apakah
ketiga larutan tersebut ?
3. Terjadi
proses apakah dalam larutan tersebut di bawah ini:
a. Tetesilah
kertas pH dengaan larutan NH4Cl pH?
4. Hitunglah
secara teoritik : nomor 1 sampai dengan nomor 3. Dengan rumus-rumus yang anda
pelajari!
F.
Tabel
Hasil Pengamatan
No
|
Larutan
|
pH
|
1.
|
1 mL CH3COOH
1 M
+ 1 mL NaOH 1 M
|
10
|
2.
|
2 mL CH3COOH
setelah diencerkan + 2 mL NaOH setelah diencerkan.
|
10
|
3.
|
5 mL CH3COOH
setelah diencerkan + 2 mL NaOH setelah diencerkan.
|
5
|
4.
|
2 mL CH3COOH
setelah diencerkan + 5 mL NaOH setelah diencerkan.
|
12
|
G.
Analisis
Data
1.
pH
campuran 1 mL CH3COOH 1M + 1
mL NaOH 1M
D1: V CH3COOH = 1 ml dan CH3COOH
1M
V NaOH =1 ML dan NaOH 1M
Ka CH3COOH =
1,8 x 10-5
D2
: pH campuran=
............?
D3
:
Mol CH3COOH =
1 ml x 1 M = 1 mmol
Mol NaOH = 1 ml x 1 M = 1mmol
CH3COOH + NaOH ⟶
CH3COONa + H2O
M 1
mmol 1 mmol - -
S - - 1 mmol 1
mmol
Ø Molaritas
CH3COONa
M
=
=
=
=
0,5 = 5 x 10-1 M
Ø
Menentukan
pH dengan rumus hidrolisis
CH3COONa ⟶ CH3COO- + Na+
CH3COO-
+ H2O ⥨ CH3COOH
+ OH-
Ø
= 
= 
=
=1,67´
Ø pOH =

= 5
Ø pH =
14-
= 9+
=
9+0,22
=
9,22
2.
a. Konsentrasi CH3COOH
setelah pengenceran
D1: M1= 1M
V1 =1 ML
V2=
1+9 = 10ml
D2 : M2 =
............?
D3 :
M1 x V1 = M2
x V2
1 x 1 = M2 x 10
M2 =

= 0,1 M
b. Konsentrasi NaOH
setelah pengenceran
D1: M1= 1M
V1 =1 ML
V2=
1+9 = 10ml
D2 : M2 =
............?
D3 :
M1 x V1 = M2
x V2
1 x 1 = M2 x 10
M2 =

= 0,1 M
3.
Terjadi proses apakah
larutan ini?
a) 2 mL cuka yang telah diencerkaan + 2 mL NaOH
yang telah diencerkan. (proses hidrolisis)
b) 5 mL cuka yang telah diencerkaan + 2 mL NaOH
yang telah diencerkan.(Proses Buffer Larutan Penyangga)
c) 2 mL cuka yang telah diencerkaan + 5 mL NaOH
yang telah diencerkan.(Proses basa
kuat yang terionisasi)
4.
Hitunglah pH secara teoritik
larutan yang ada di no.3!
a)
2 mL cuka 0,1 M + 2 mL NaOH 0,1 M
D1: mol CH3COOH =
2 ml x 0,1 M = 0,2
mol NaOH = 2 ml x 0,1 M = 0,2
D2
: pH
campuran = ............?
D3
:
CH3COOH
+ NaOH ⟶
CH3COONa + H2O
M 0,2 mmol 0,2
mmol - -
S - - 0,2 mmol 0,2
mmol
Ø Molaritas
CH3COONa
M
=
=
=
=
0,05 = 5 x 10-2 M
Ø Menentukan
pH dengan rumus basa kuat terionisasi
CH3COONa
⟶ CH3COO-
+ Na+
CH3COO-
+ H2O ⥨
CH3COOH + OH-
Ø
=

= 
= 
=
= 0,52 x 
= 5,2 x 
Ø pOH =

= 6
Ø pH =
14 -
= 8 +
= 8 + 0,72
=
8,72
b)
5 mL CH3COOH
+ 2 mL NaOH.
Mol
CH3COOH = 5 ml x 0,1 M = 0,5 mmol
Mol
NaOH = 2 ml x 0,1 M = 0,2
mmol
CH3COOH
+ NaOH ⟶
CH3COONa + H2O
M 0,5 mmol 0,2
mmol - -
S 0,3
mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
Ø pH =
pKa -
=
-
=5
= 5-0,26-0,18
= 4,56
c)
2 mL CH3COOH
+ 5 mL NaOH.
D1: mol CH3COOH =
2 ml x 0,1 M = 0,2
mol NaOH = 5 ml x 0,1 M = 0,5
D2
: pH campuran = ............?
D3
:
CH3COOH + NaOH ⟶ CH3COONa
+
H2O
M 0,2 mmol 0,5
mmol - -
S - 0,3 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol
Karena
yang tersisa basa kuat maka :
Ø Molaritas
CH3COONa
M
=
=
=
=
0,043 = 4,3 x 10-2 M
Ø Menentukan
pH dengan rumus basa kuat
terionisasi
CH3COONa
⟶ CH3COO-
+ Na+
CH3COO-
+ H2O ⥨
CH3COOH + OH-
Ø
= 
= 1 x 4,3 x 10-2
= 4,3 x 10-2
Ø pOH =

= 2
Ø pH =
14-
= 12+
= 12+0,63
= 12,63
5.
Terjadi proses apakah
dalam larutan tersebut di bawah ini:
a.
Tetesilah kertas pH
dengaan larutan NH4Cl pH?
Jawab :
Pada percobaan ini, NH4Cl merupakan larutan yang terjadi proses hidrolisis.
NH4Cl
⟶
+
Cl-
Karena hidrolisis maka :
D1: M
NH4Cl = 1 M
Kb
NH4OH
= 1,8 x 10-5
D2
: pH campuran=
............?
D3
:
·
= 
·
= 
H. Pembahasan
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan
yang dapat menjaga (mempertahankan) pH-nya
dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran oleh air. Sedangkan hidrolisis
adalah reaksi peruraian suatu garam dalam air. Pada praktikum kali ini
bertujuan untuk menentukan larutan yang terjadi berdasarkan pengukuran pH, dengan tiga proses,
yaitu proses buffer, hidrolisa dan proses asam atau basa kuat yang terionisasi.
Dan setelah itu menghitung pH teoritik dari ke tiga proses tersebut.
Pada percobaan pertama dilakukan menggunakan
pengenceran CH3COOH 1 M dan NaOH 1 M, setelah keduanya dicampurkan
didapat pH 10 yang diukur
menggunakan indikator universal. Larutan
ini merupakan larutan hidrolisis karena tepat habis bereaksi. Dengan
reaksinya: CH3COOH + NaOH → CH3COONa
+ H2O. Jika yang ditambahkan
adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi
dengan ion H+ membentuk air.
Pada percobaan kedua, 1 ml CH3COOH
diencerkan hingga 10 ml dengan aquades. Begitupun dengan NaOH. Pada percobaan
kedua ini dilakukan tiga percobaan dengan masing-masing pencampuran yang
berbeda. Setelah keduanya diencerkan. Percobaan pertama dicampurkan 2 ml CH3COOH
ditambah 2 ml NaOH yang menghasilkan pH 10 .
Karena volume yang sama antara asam lemah
dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal
dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat basa, pH larutan ini lebih dari 7. Sehingga pada larutan ini terjadi proses hidrolisis.
Untuk pencampuan kedua yaitu 5 ml CH3COOH
dengan 2 ml NaOH, dihasilkan pH 5
diukur menggunakan indicator universal. Bila pada percobaan pertama
bersifat basa,
maka untuk ini adalah bersifat asam. Karena pHnya 5 apabila diukur menggunakan indicator universal.
Hal tersebut dipengaruhi oleh volume di mana CH3COOH lebih
banyak dibandingkan dengan NaOH. Juga menunjukan proses buffer karena terdapat sisa akhir
dari CH3COOH.
Sementara untuk percobaan ketiga, pH yang
didapat adalah 12 yang diukur menggunakan indicator universal.
Hal tersebut dikarenakan volume NaOH lebih banyak dari pada CH3COOH. Reaksi ini merupakan reaksi basa kuat yang
terionisasi. Hal ini disebabkan karena mol zat yang tersisa adalah basa kuat.
Pada percobaan ketiga, NH4Cl apabila diukur menggunakan indicator universal pH-nya 5. Hal tersebut menunjukan
bahwa larutan tersebut bersifat asam dan merupakan reaksi
hidrolisis.
Setelah penghitungan dengan teoritik atau
rumus, didapat pencampuran 1 mL CH3COOH 1 M + 1 mL NaOH 1 M adalah 9,22. Pada 2 ml CH3COOH 0,01 M + 2 ml NaOH 0,01 M adalah 8,72. Pada 5 ml CH3COOH 0,01 M + 2 ml NaOH 0,01 M adalah 4,56. Dan untuk 2 ml CH3COOH 0,01 M + 5 ml NaOH 0,01 M adalah 12,63. Dan untuk NH4Cl adalah
4,64. Dan setelah dibandingkan
memiliki nilai yang berbeda, hal tersebut karena dimungkinkan adanya kesalahan
ketika percobaan dilakukan, yaitu kurangnya keteletian dan tidak tepatnya saat
pengukuran volume ketika proses pencampuran.
I. Kesimpulan dan
Saran
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang kami lakukan didapat kesimpulan seperti pada pembahasan kami
dari data-data tersebut. Apabila dibandingkan pH secara teoritik dan pengukuran
menggunakan indicator universal terjadi selisih. Hal ini dikarenakan kurangnya
keteletian dan tidak tepatnya saat pengukuran volume ketika proses pencampuran.
2.
Saran
Sebaiknya
percobaan dilakukan dengan teliti dan menggunakan bahan-bahan yang memang benar-benar
masih steril. Agar dalam menarik kesimpulan di dapat data yang valid.
3.
DAFTAR
PUSTAKA
Utami, Budi dkk. 2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu
Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta :
Erlangga.
Harnanto, Ari. 2009. Kimia 2 Untuk SMA Kelas XI. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan .2009. Kimia
2. Jakarta : Putra Nugraha.
Sutresna, Nana, 2007. Cerdas
Belajar KIMIA. Bandung: Grafindo.
LAMPIRAN
FOTO



Komentar
Posting Komentar